Peringati Hari Kemerdekaan Pers, AJI Pasang Spanduk Raksasa Udin

Dok. merdeka.com

Dok. merdeka.com

RIAUFAKTA.com - Mengawali peringatan Hari Kemerdekaan Pers Internasional atau World Press Freedom Day 2014, Dewan Pers dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) memasang spanduk raksasa sebesar 18 m x 6 m berisi seruan penuntasan kasus kekerasan jurnalis di dinding depan Gedung Dewan Pers, Jl Kebon Sirih, Jakarta.

Spanduk dipasang sejak pukul 17.00 WIB, Rabu (30/4) oleh Skyders Bandung yang berjumlah enam orang. Spanduk raksasa itu bergambar grafis Fuad Muhammad Syarifuddin alias Udin, jurnalis Harian Bernas di Yogyakarta yang dibunuh di rumahnya, dan meninggal dunia pada 16 Agustus 1996.

Warna merah menyala, membuat gambar Udin yang dibuat oleh kelompok grafis Antitank, Yogyakarta itu terlihat menonjol. Di bagian tengah terdapat tulisan Dibunuh Karena Berita. Pada bagian paling kanan, terdapat daftar nama jurnalis yang juga meninggal dan sampai saat ini masih menjadi misteri.

Ketua AJI Indonesia Eko Maryadi mengatakan pemasangan spanduk raksasa adalah upaya yang dilakukan AJI untuk mengingatkan kembali pekerjaan rumah yang sampai sekarang belum digarap.

Kematian Udin ini adalah PR terbesar dunia pers, yang sampai saat ini masih menjadi misteri dan belum diselesaikan oleh polisi. Ini yang akan kita ingatkan terus menerus, kata Ketua AJI yang akrab dipanggil Item.

AJI juga tidak melupakan delapan kasus kematian wartawan lain yang juga masih belum terselesaikan. Dalam catatan AJI, Sejak 1996, sedikitnya telah terjadi 12 kasus pembunuhan jurnalis. Praktik impunitas nyata-nyata dijalankan aparat penegak hukum dengan pembiaran bahkan perusakan barang bukti kasus pembunuhan jurnalis, demi melindungi para pelaku.

Ada delapan jurnalis dibunuh yang kasusnya terbengkalai dan para pelakunya belum diadili, katanya. AJI mencatat pada 2013, ada 40 kasus kekerasan wartawan.

Untuk tahun 2014 ini, Committee to Protect Journalists (CPJ) mencatat ada 14 jurnalis yang meliput di berbagai belahan dunia terbunuh. Data-data itu menunjukkan, di belahan dunia, jurnalis masih menjadi profesi yang membahayakan. Karenanya, seruan keselamatan jurnalis harus terus dilakukan, ungkapnya. ***(mdk)

Tanggapan

Komentar

Tags: