RIAUFAKTA.com - Kebakaran lahan gambut di Kabupaten Bengkalis, Riau, hingga kini belum sepenuhnya bisa ditanggulangi bahkan sudah merambat ke perkebunan kelapa sawit milik pemerintah daerah.
Kepala Badan Penanggulangana Bencana Daerah (BPBD) Bengkalis, M. Jalal, kepada Antara di Pekanbaru, Selasa, mengatakan kebakaran cukup besar terjadi di kebun kelapa sawit milik pemerintah daerah yang dibangun dalam program pemberantasan Kemiskinan dan Kebodohan Serta Infrastrktur (K2I).
“Kebakaran di kebun sawit K2I cukup besar, belum bisa ditanggulangi,” kata Jalal.
Menurut dia, kebakaran tersebut berlokasi di sekitar Desa Sepahat yang berbatasan dengan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil. Luas kebakaran di daerah itu diperkirakan lebih dari 15 hektar (ha).
Ia mengatakan, kebakaran lahan memang terus terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Ia mengatakan, kebakaran juga sempat terjadi di daerah Merampung dengan luas sekira 7 ha namun sudah berhasil dipadamkan.
Jalal mengatakan, upaya pemadaman terus dilakukan lewat darat dan udara. Tim pemadam kebakaran Manggala Agni Kementerian Kehutanan kini sudah berada di daerah Sepahat untuk memadamkan kebakaran.
“Pemadaman juga dilakukan dengan menjatuhkan bom air dari helikopter,” ujarnya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Mitra Adhimukti, mengataka pemerintah daerah sudah menetapkan status “Siaga Darurat Asap” sejak 19 April lalu setelah adanya prakiraan dari BMKG bahwa potensi kebakaran akan meningkat karena pengaruh anomali El Nino.
Menurut dia, tiga helikopter bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga kini masih berada di Riau untuk mengantisipasi kebakaran lahan gambut meluas. Dua helikopter sewaan jenis Camov dan Sikorsky secara intensif melakukan pemadaman dengan menjatuhkan bom air (water bombing), sedangkan satu heli jenis Bolco melakukan servei udara.
Menurut dia, kebakaran di kawasan konservasi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil diduga karena disengaja. “Kepolisian dikabarkan sudah menahan dua orang yang diduga terlibat pembakaran,” kata Mitra.
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu memiliki luas 178.722 hektar (ha) yang pembentukannya digagas oleh perusahaan industri kehutanan Sinar Mas Forestry Group dan mendapat pengakuan dari UNESCO pada 2009. Cagar biosfer itu menyatukan dua kawasan konservasi, yakni Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil seluas 84.967 ha dengan Suaka Margasatwa Bukit Batu seluas 21.500 ha yang kemudian menjadi zona inti.
Sedangkan, konsesi hutan tanaman industri PT Arara Abadi dari Sinar Mas Group juga termasuk dalam kawasan penyangga berupa hamparan kebun akasia yang membentuk seperti sabuk.
Menurut Mitra, kebakaran besar menimbulkan kepulan asap di cagar biosfer terlihat di sekitar daerah Desa Sepahat, Kabupaten Bengkalis. Area yang terbakar merupakan kawasan eks perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH).
“Karena area itu merupakan eks perusahaan HPH yang tidak diperpanjang kembali, susah juga untuk mengatakan siapa yang harus tanggung jawab karena daerah itu seperti tidak bertuan,” kata Mitra.
Sementara itu, hasil pantauan titik panas (hotspot) dari satelit Terra & Aqua yang menggunakan sensor MODIS pada 12 Mei menunjukan ada 41 titik panas di Sumatera yang mengindikasi terjadi kebakaran lahan dan hutan. Sedangkan, di Riau terdeteksi ada empat titik panas yang tersebar di Kabupaten Bengkalis ada tig titik, dan satu titik di Kabupaten Rokan Hilir. ***(antara)