RIAUFAKTA.com - Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, potensi nilai tukar rupiah mengalami penguatan sepanjang tahun 2014 cukup besar, ada tiga faktor yang memengaruhi penguatan nilai tukar rupiah pada tahun ini.
Faktor pertama, perbaikan perekonomian negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS). Menurut Bambang, membaiknya perekonomian AS terlihat dari menurunnya angka pengangguran serta volume tapering yang masih terkontrol.
Bambang menilai 45% perekonomian dunia sangat tergantung dari perekonomian AS. Jika ekonomi negara itu membaik, maka secara tidak langsung memberikan sentimen positif terhadap pasar, termasuk indonesia.
Membaiknya perekonomian AS seharusnya dimanfaatkan oleh negara berkembang untuk meningkatkan kinerja ekspor. Dia mengatakan, Indonesia bisa menggunakan kesempatan emas tersebut untuk meningkatkan ekspor andalan seperti batubara dan CPO.
Bambang melanjutkan, faktor kedua yang memengaruhi penguatan nilai tukar rupiah adalah fundamental dalam negeri yang semakin stabil, tidak seperti tahun 2013. Stabilnya fundamental dalam negeri sangat erat kaitannya dengan permintaan ekspor oleh negara maju sehingga membuat neraca perdagangan dan pembayaran Indonesia surplus.
Bambang mengatakan, surplusnya neraca pembayaran dan perdagangan membuat defisit neraca transaksi berjalan semakin mengecil, data terakhir adalah defisit neraca transaksi berjalan akhir tahun 2013 mencapai 1,98% terhadap PDB.
“Fundamental yang baik memberikan efek ganda, yaitu investasi asing diperkirakan masuk dan rupiah juga menguat,” ujar dia ketika ditemui di kantornya, Kementerian Keuangan, Jakarta, baru-baru ini.
Bambang mengatakan, agar fundamental perekonomian semakin stabil, maka pemerintah tengah menyusun paket kebijakan jilid ketiga. Tujuan dari paket kebijakan jilid ketiga ini adalah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan menjadi 2,5% terhadap PDB sepanjang tahun 2014.
Dia mengatakan, perkembangan terbaru dari paket kebijakan jilid ketiga masih dalam tahap pembahasan, pemerintah tengah menggodok poin-poin apa saja yang akan dimasukkan.
Menurut dia salah satu poin yang sudah pasti dimasukkan adalah repatriasi perusahaan.
Bambang menjelaskan faktor ketiga yang mempengaruhi penguatan nilai tukar rupiah adalah faktor bonus yaitu Indonesia secara perlahan keluar dari negara fragile five, karena defisit transaksi berjalannya sudah mengecil.
Menurut dia, fragile five merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan negara dengan defisit transaksi berjalan yang cukup besar, yakni India, Indonesia, Turki, Brasil, dan Afrika Selatan.
Bambang mengatakan, ketika menghadiri pertemuan negara G-20 di Australia baru baru ini, banyak negara G-20 yang memuji Indonesia dan menyatakan salut karena defisit transaksi berjalan terus mengecil.
“Secara perlahan, Indonesia sudah mulai keluar dari fragile five,” ungkap dia
Bambang mengatakan, keluarnya Indonesia dari fragile five memberikan dampak positif terhadap pasar sehingga berpotensi meningkatkan investasi atau capital inflows.
Dia berharap agar investasi semakin terjaga maka kendala kendala investasi seperti pembebasan lahan dan kemudahan izin berusaha harus segera dituntaskan. ***(bsc)