RENGAT, RIAUFAKTA.com - Dua bangunan replika Istana Danau Raja yang merupakan bangunan kebangaan heterogen masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu).
Karena replika bangunan itu memiliki nilai sejarah yang luar biasa bagi masyarakat Indragiri serta menjadi lambang kebesaran dan kejayaan Kerajaan Indragiri terdahulu.
Replika bangunan itu dibangun mengunakan APBD Kabupaten Indragiri Hulu, oleh karena itu replika tersebut merupakan aset daerah yang sangat vital karena menyangkut imej suatu daerah.
Namun kenyataannya, dua bangunan itu kini mengalami kerusakan yang meprihatinkan, baik dari segi keadaan alam, maupun dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab.
Sebagai tempat wisata yang diminati berbagai kalangan masyarakat Indragiri Hulu, dan juga dari daerah lain, kini bangunan itu terbiarkan tanpa ada perawatan sama sekali.
Sepertinya Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu memandang sejarah itu adalah sebagai cerita lama yang tak bermakna bagi daerah, akibatnya replika itu terabaikan dari perhatian Pemerintah setempat. Berbagai elemen masyarakat menilai bangunan itu kini hanya menunggu kehancuran total.
Lima tahun belakangan ini replika istana itu terbiarkan tanpa ada perhatian dan perawatan dari Pemerintah Kabupaten Indra Hulu, sehingga mengalami kerusakan yang sangat serius dan perlu untuk segera direhabilitasi secepatnya sebelum hancur total.
Ironisnya, pada saat malam hari, dua bangunan itu gelap gulita tanpa ada penerangan sedikitpun. Keadaan seperti itulah yang dimanfaatkan para muda-mudi untuk mangkal di tempat itu.
“Replika istana itu yang dulunya merupakan istana para raja, kini digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, ” celetuk Budi, salah seorang warga di daerah itu.
Celakanya, ungkap Budi, bangunan replika itu dijadikan oleh muda-mudi sebagai tempat untuk melepaskan hasrat birahinya dengan lawan jenis.
“Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu terkesan hanya tutup mata. Sangat disesalkan replika istana yang menjadi imej masyarakat Indragiri Hulu itu hanya sebagai tempat persinggahan maksiat belaka, ” sebut Budi.
Terkait hal itu, kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga, Budaya dan Wisata (Disporabudsata) Drs H Raja Armasyah tidak dapat dihubungi, begitu juga dengan Ketua LAMR (Lembaga Adat Melayu Riau) Herman Syukur, hanphone selulernya juga tidak aktif. ***(IAN)