Miliki Insting dan Perasaan, Gajah Dilatih untuk Penanggulangan Karhutla
BERITA TERKAIT
MINAS, RIAUFAKTA.com - Rombongan United Nation Development Program (UNDP) + plus melakukan kunjungan ke Riau, Kamis 19 sampai Jumat 20 November 2015.
Tujuan kedatangan tim rombongan UNDP + plus tersebut dalam rangka meninjau di beberapa desa seperti di Desa Sepahat, Desa Buruk Baku, Desa Kampung Jawa, serta Desa Tanjung Leban.
Ke empat desa ini dianggap mampu mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Karena sebelumnya di lokasi itu dibangun normalisasi dan sekat kanal.
Dalam rombongan tim UNDP REDD+ (plus) ini turut hadir puluhan jurnalis media cetak baik dari lokal maupun luar daerah.
Sebelum menuju ke empat desa itu, rombongan terlebih dahulu menuju ke pusat latihan gajah Riau yang ada di Kecamatan Minas.
Di tempat konservasi gajah ini, rombongan melihat secara dekat habitat gajah yang sudah terlatih. Saat itu, rombongan yang dipimpin Bahri dan didampingi Ning Parlan dari pihak UNDP REDD+ langsung disambut oleh Supartono selaku kepada bidang wilayah dua Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, yang ada di lokasi Tahura Sultan Syarif Kasim, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak.
Pantauan wartawan di lokasi, terlihat beberapa gajah yang terlatih berada di areal hutan tersebut. Bahkan, gajah-gajah itu didampingi oleh pawang gajah, sehingga kelihatan gajah itu sangat jinak sekali.
Menurut Supartono, gajah-gajah yang ada di lokasi Tahura BKSDA ini ada berbagai jenis dan spesifikasinya.
”Gajah yang kita data ada 23 jenis gajah. Itu semua memiliki sikap dan tabiat yang berbeda-beda,” sebut Supartono.
”Khusus untuk gajah disini kita fungsikan untuk patroli, keamanan, kebakaran, dan penanganan konflik, juga bisa difungsikan ke masyarakat. Disini ada 7 gajah yang bertugas memadamkan Karhutla,” ungkapnya.
Tim pemadam Karhutla ini sebenarnya sudah ada sejak 2004 lalu. Tugas gajah-gajah ini untuk mengangkat peralatan pemadam kebakaran. Gajah yang bertugas mengangkat peralatan itu khusus dilatih.
“Kita punya peralatan berat, tidak memungkinkan diangkut oleh manusia. Biasanya, kita bisa 3 hari untuk patroli,” ujarnya.
Diuarikan Supartono, gajah-gajah itu juga diberikan perlengkapan seperti mesin dan selang untuk penyemprot air.
”Gajah ini juga memiliki kepekaan seperti halnya manusia. Jika ia tersingung tidak jarang juga pawangnya kena pukul,” kata Supartono.
Namun dijelaskan Supartono, gajah yang sudah terlatih ini juga memiliki perasaan yang halus.
”Bila ia senang, maka ia akan jinak sekali,” ujar Supartono.
Ditambahkan Supartono, bahwa gajah-gajah yang ada ini rata-rata usianya ada yang 45 hingga 50 tahun.
”Mereka juga memiliki insting dan perasaan yang lunak. Namun, jika gajah sudah marah, maka ia tidak segan-segan menghajar manusia,” tutup Supartono. ***(Zid)