RIAUFAKTA.com - Peternak di Indonesia terutama peternak sapi sulit maju. Permasalahan utamanya adalah sapi yang diternak dijadikan tabungan. Seperti kalau anaknya sakit si petani menjual sapinya, padahal sapinya belum berkembang.
Demikian dikatakan pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Berli Martawardaya, dalam acara diskusi soal Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat (7/3). “Untuk mengatasi permasalahan seperti ini sebaiknya petani sapi membuat koperasi simpan pinjam,” kata Berli.
Turut tampil sebagai pembicara lain dalam acara itu adalah Ketua Fraksi Partai Demokrat MPR, Jafar Hafsah.
Oleh karena itu, Berli meminta Kementerian terkait agar memberikan pembinaan kepada para peternak agar membangun koperasi. “Atau pemerintah memberikan insentif,” kata dia.
Berli mencontohkan di Belanda dulu ada koperasi simpan pinjam khusus peternak sapi. Koperasi para peternak sapi itu kemudian berkembang menjadi besar ketiga di Belanda sampai saat ini yaitu Rabobank.
Menurut Berli, para peternak sapi di Belanda memang semua terdidik yakni berijazah setara SMA. “Peternak Indonesia umumnya berpendidikan SD bahkan tak lulus SD,” kata dia.
Sementara Jafar Habsah mengatakan, permasalah utama pelaku UMKM di Indonesia adalah sumber daya manusia yang minim, permodalan yang minim serta akses pasar yang rendah. “Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan pelatihan dan suntikan modal kepada pelaku UMKM,” kata dia.
Permasalahan lain, kata Jafar, adalah rendahnya minat orang Indonesia untuk menjadi wirausaha. Tiongkok maju, kata dia, karena sebagian besar masyarakatnya suka berwirausaha.
Sumber Kementerian Koperasi dan UKM, menyebutkan, sampai saat ini jumlah UKM di Indonesia mencapai 56,2 juta unit dan mampu menyerap 97,2% tenaga kerja dari total angkatan kerja yang ada. UKM sangat berperan dalam pertumbuhan ekonimi, mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan juga berperan dalam penerimaan devisa.
Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan, mengatakan, pihaknya menargetkan produtivitas dan daya saing UKM harus terus meningkat.
“Kami menargetkan perkembangan ekspor UKM tumbuh hingga 20% pertahunnya. Kami juga menginginkan tumbuhnya wirausaha baru yang inovatif. Target pengembangan lainnya kami akan meningkatkan akses kredit perbankan bagi UMKM khususnya untuk KUR dan pembiayaan lainnya,” kata dia.***(bsc)