Nihil Titik Api, Bengkalis Diselimuti Kabut Asap Kiriman

Kabut asap kiriman selimuti wilayah Bengkalis | sumber foto: FokusRiau

Kabut asap kiriman selimuti wilayah Bengkalis | sumber foto: FokusRiau

RIAUFAKTA.com - Sejak tiga hari terakhir, sebagian wilayah Kabupaten Bengkalis, Riau, diselimuti kabut asap tebal. Namun kabut asap tersebut bukan berasal dari kebakaran hutan dan lahan di Bengkalis, melainkan asap kiriman dari tempat lain.

Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD-Damkar) Bengkalis, Mohammad Jalal kepada wartawan, Ahad (14/9/2014) siang, membenarkan kalau sejak beberapa hari terakhir kabut asap tebal menyelimuti udara Bengkalis, seperti Kecamatan Bukit Batu, Siak kecil, Mandau, Pinggir dan sebagian wilayah Rupat.

“Dari hasil pemantauan tim BPBD-Damkar Kabupaten Bengkalis maupun satelit NOAA, titik api di seluruh kecamatan nihil atau tidak ada sama sekali. Kabut asap yang sudah mulai pekat sekarang ini berasal dari karhutla di provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, bukan karhutla di kabupaten Bengkalis atau kabupaten/kota di Riau,” urai Jalal.

Meskipun tidak ditemukan adanya titik api, BPBD-Damkar Bengkalis bekerjasama dengan Masyarakat Peduli Api (MPA) di wilayah Bengkalis terus melakukan pemantauan dan koordinasi.

Apalagi sekarang ini masih musim kemarau, walau sesekali diselingi hujan, namun karhutla bisa merebak kapan saja mengingat struktur tanah di mayoritas wilayah Bengkalis adalah gambut.

Diingatkan, kepada masyarakat maupun perusahaan perkebunan dan kehutanan untuk tidak sekali-kali melakukan pembakaran lahan. Karena karhutla yang sering terjadi sebelumnya adalah akibat ulah manusia yang membakar lahan untuk membuka areal perkebunan tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan kesehatan.

“Sudah bosan rasanya kita diselimuti kabut asap terus. Sekarang ini walau tidak ada karhutla di Bengkalis, namun kita tetap kena dampak dari karhutla di provinsi lain. Kalau kabut asap semakin tebal, masyarakat diimbau untuk mengenakan masker, khususnya anak kecil,” tukasnya. ***(Frc)

Tanggapan

Komentar

Tags: