RIAUFAKTA.com - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, telah resmi menetapan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar. Kenaikan itu dari Rp6.500 jenis premium menjadi Rp8.500 per liternya dan jenis solar dari harga Rp5.500 menjadi Rp7.500 perliternya.
Sontak kenaikan itu membuat masyarakat khususnya di Kota Dumai menjerit. Atas permasalahan kenaikan ini muncul desakan protes dari kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Jeritan Masyarakat Kota Dumai, dengan cara menggelar aksi demo penolakan kenaikan harga BBM.
Aksi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang resmi diumumkan pemerintah, membuat para pendemo menduduki depot kilang minyak Pertamina Dumai, yang berada di Kelurahan Bukit Batrem, Kecamatan Dumai Timur, Selasa (18/11/2014).
Koordinator massa Aliansi Jeritan Masyarakat Kota Dumai, Andi Roni Saputra mengatakan, unjukrasa yang digelar di pintu gerbang depot Pertamina ini untuk menyampaikan kesedihan dan menyesali kebijakan pemerintah yang tidak pro ke rakyat.
“Ini bentuk kesedihan dan rasa prihatin kami dari mahasiswa dan element masyarakat atas kebijakan naiknya harga BBM yang akan semakin menyengsarakan rakyat miskin. Ini kebijakan Jokowi-JK yang tidak pro dengan rakyat kecil,” katanya.
Dalam aksi unjukrasa ini massa mahasiswa dari berbagai organisasi juga sempat memblokir pintu masuk depot selama hampir satu jam dengan menduduki gerbang sehingga membuat aktivitas pengisian terhenti sementara.
Dalam orasi unjukrasa yang kondusif ini, dia menyebutkan sejumlah pernyataan sikap, diantaranya, menolak kenaikan harga BBM, meminta pemerintah dan instansi terkait agar dapat menjamin stabilitas harga kebutuhan bahan pokok masyarakat.
Selain itu, massa menyebut pemerintahan Presiden Joko Widodo telah mengkhianati UUD1945 pasal 33 yang bermakna bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Kemudian, kalangan mahasiswa ini juga meminta Presiden RI turun dari jabatan dan seluruh anggota DPR untuk ikut mendukung agar Joko Widodo turun dari jabatannya sebagai kepala negara yang kurang bijak sana dalam menentukan keputusan.
“Kami juga mendesak agar aparat hukum dan pemerintah memberantas mafia migas serta menuntaskan kasus penggelapan minyak dan gas berasal dari Dumai yang baru terjadi di Kota Batam,” terang dia.
Unjukrasa penolakan perubahan harga BBM di depot Pertamina Dumai ini, sebut dia, merupakan aksi lanjutan massa yang sebelumnya pada Selasa dinihari pukul 00.00 WIB hingga 01.00 WIB dinihari tadi menggelar renungan suci dan menghidupkan lilin di depan kilang Pertamina RU II Dumai, Jalan Putri Tujuh.
Renungan suci tersebut merupakan aksi spontan dan terencana menyusul kepastian perubahan harga premium dan solar naik Rp2 ribu perlitar yang disampaikan Presiden Jokowi.
Tidak hanya itu saja, dalam aksinya tadi malam, seluruh pelaksana aksi melakukan aksi dorong motor yang dimulai dari depan pintu utama Kilang Minyak Putri Tujuh milik PT Pertamina RU II Dumai hingga di depan exs Hotel Patra.
Sebelumnya mereka juga berkonvoi keliling kota Dumai dengan kendaraan roda dua dengan meneriaki tolak kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh Jokowi-JK, sehingga menjadi pusat perhatian.
Di akhir aksi damai yang dikawal personil Polres Dumai, mahasiswa mengancam akan melakukan aksi lebih besar jika pemerintah tidak membatalkan kenaiakan harga BBM.
Puluhan massa ini terdiri dari sejumlah organisasi, diantaranya, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Himpunan Mahasiswa Dumai (HMD), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Satma Pemuda Pancasila serta komunitas band setempat. ***(Ipin)